Book

Dari Pulau Kirrin, Bukit Billy Cock, Karang Setan Hingga Lorong Pencoleng

”Delapan ratus!… Tiga kali!” – Tok tok tok! Juru lelang mengetukkan palu untuk ketiga kalinya, dan kursi sandar itu pun sah terjual. Bibi Fanny baru saja membeli kursi sandar dan meja tulis antik di pelelangan. Seorang laki-laki ikut menawar kursi itu, dan ingin membelinya kembali dari Bibi Fanny dengan harga yang lebih tinggi. Kelihatannya dia berminat sekali, sehingga keesokan harinya dia mengulangi lagi tawarannya.
”Aneh,” pikir Lima Sekawan.
Ternyata Lima Sekawan menemukan kalung mutiara yang sangat indah, yang disembunyikan di celah antara sandaran dan tempat duduk kursi sandar itu. Dari surat yang ditemukan oleh Lima Sekawan di laci rahasia meja tulis antik, diketahui bahwa ahli waris kalung itu adalah Elise Cassain.
Tetapi laki-laki yang telah mencoba membeli kembali kursi itu dari Bibi Fanny ternyata juga menginginkan kalung mutiara itu, dan berusaha mendapatkannya dengan berbagai cara.
Lima Sekawan pasti tidak tinggal diam – mereka akan berbuat apa saja untuk menggagalkan niat laki-laki itu, dan menyerahkan kalung itu pada ahli warisnya yang sah. (Sumber : dari sini)

Membaca kisah-kisah Julian, Dick, Anne, George dan Timmy ke Pulau Kirrin dan Bukit Billy Cock, berkemah di padang rumput, menyelinap di lorong rahasia, bermain di mercusuar, di padang penggembalaan dan lapangan terbang tempat uji coba pesawat rasanya seperti larut dalam petualangan mereka. Bekal berupa kue jahe, daging asap, roti, mentega, telur, susu, buah prem dan limun jahe yang biasa mereka bawa saat piknik begitu menggugah selera.

Bagi yang masa kecilnya seangkatan dengan saya, pasti sudah familiar dengan kisah-kisah petualangan Lima Sekawan karangan Enid Blyton yang versi bahasa Inggris-nya berjudul The Famous Five. Buku Lima Sekawan pertama terbit di Inggris tahun 1942. Sedangkan versi Indonesia kalau tidak salah terbit pertama kali tahun 1980an.

Tokoh favorit saya di buku ini adalah seorang gadis tomboy berambut pendek dan senang mengenakan pakaian laki-laki bernama Georgina. Tapi dia lebih suka dipanggil George. Sifatnya keras kepala, sama seperti ayahnya yang berprofesi sebagai profesor yang bernama Quentin. Sedangkan ibunya bernama Fanny, seorang perempuan baik hati dan lemah lembut.

Saya menghabiskan masa kecil di sebuah kota kecil di Sumatera Selatan. Masih jelas di ingatan, setiap awal bulan setelah orangtua saya gajian, saya dan adik saya selalu dibawa ke toko buku Gramedia yang saat itu merupakan satu-satunya toko buku terbesar di kota Palembang. Kami bebas memilih buku apa saja yang disuka. Cerita Lima Sekawan termasuk di antara buku-buku yang saya pilih kala itu. Namun sayang, saya dan keluarga sering berpindah-pindah domisili mengikuti tugas ayah saya, sehingga saat ini ketika sudah dewasa, saya tidak punya satu pun koleksi buku Lima Sekawan.

Bilangan tahun berlalu, saya mulai terpikir untuk mulai mengkoleksi lagi buku-buku Lima Sekawan tapi yang versi cover lama, yang kertasnya sudah menguning dan penampilan covernya sudah berkerut-kerut pun tak apa. Gramedia sebenarnya sudah menerbitkan full set Lima Sekawan versi cover baru dengan harga Rp. 600.000 (21 judul). Namun, saya tidak suka dengan cover baru Lima Sekawan terbitan Gramedia yang sekarang. Kalau orang Jawa bilang R2P (rodo-rodo piye) hehehe…Saya lebih tertarik berburu buku-buku versi cover lama karena kesan vintage-nya lebih terasa.

Buku Lima Sekawan karangan Enid Blyton ada 21 judul, antara lain :

  1. Di Pulau Harta
  2. Beraksi Kembali
  3. Minggat
  4. Ke Sarang Penyelundup
  5. Berkelana
  6. Rahasia Di Pulau Kirrim
  7. Memburu Kereta Api Hantu
  8. Nyaris Terjebak
  9. Jo Anak Gelandangan
  10. Rahasia Harta Karun
  11. Sarjana Misterius
  12. Dalam Lorong Pencoleng
  13. Rawa Rahasia
  14. Menyamarkan Teman
  15. Melacak Jejak Rahasia
  16. Ke Bukit Billy Cock
  17. Rahasia Logam Ajaib
  18. Memperjuangkan Harta Finniston
  19. Karang Setan
  20. Di Pulau Seram
  21. Sirkus Misterius

Setelah Enid Blyton meninggal, cerita Lima Sekawan dilanjutkan oleh Claude Voilier. Buku-buku karangannya ada 24 judul, tapi hanya 19 judul yang diterbitkan di Indonesia.

1. Mencari Warisan Ratu
2. Menaklukkan Agen Rahasia
3. Penculikan Bintang Televisi
4. Di Kota Hantu
5. Patung Dewa Aneh
6. Di Gua Kelelawar
7. Melacak Topeng Hitam
8. Menyergap Penyelundup Mutiara
9. Harta Karun Di Galiung Kencana
10. Bahaya Di Tanjung Badai
11. Warisan Sang Pangeran
12. Harta Karun Rockwell
13. Pembajakan Pesawat Udara
14. Dan Sinar Z
15. Misteri Beruang Biru
16. Di Bukit Setan
17. Misteri Surat Warisan
18. Mengarung Samudra
19. Kontra Spionase Mat

Bagi yang tertarik membeli book set Lima Sekawan versi bahasa Inggris (yang karangan Enid Blyton), saudara saya yang tinggal di Belanda merekomendasikan membeli di sini. Dia baru saja membelikan buku tersebut untuk anaknya. Lima Sekawan versi bahasa Inggris ini diterbitkan ulang dalam rangka memperingati 70 tahun Lima Sekawan oleh penerbit Hodder Children’s Book. Cover barunya didesain ulang oleh Quentin Blake. Kalau dikurs ke mata uang kita harga book set tersebut jauh lebih murah daripada book set yang diterbitkan oleh Gramedia. Sepertinya cerita George, Julian, Dick, Anne dan Timmy versi bahasa aslinya ini layak untuk menghuni rak buku di kosan saya mendampingi versi Bahasa Indonesianya 😀

8 thoughts on “Dari Pulau Kirrin, Bukit Billy Cock, Karang Setan Hingga Lorong Pencoleng

  1. klo di gramed sekitar 600 ribu ya box setnya? itu di amazon 105 poundsterling kan jadi sekitar 1.6 juta rupiah ya? mahalll..hehe
    Btw pernah beli langsung dari amazon..dari LA ke lampung sekitar 2 bulanan buku nyampe dari tgl transaksi. Gak ada tambahan biaya lagi sih dari pos. Mungkin karena harga buku kurang dari 50 dollar US yang bebas dari bea masuk dan pajak impor.

    • Iya di Gramedia harga box setnya 600rb (di toko buku tertentu malah diskon 25%). Nah, waktu aku nulis postingan ini, harga di Amazon gak 105 pounsterling, makanya aku bilang lebih murah hehehe…Mungkin dulu masih harga diskon kali ya…

Leave a comment